Rabu, 30 Desember 2015

KUTUKAN KONYOL KARTU PAHIT

Oleh : Karlina Dwi Susanti

Jika ada kata yang maknanya lebih dari  sepi, maka kata itulah yang cocok untuk menggambarkan keadaan ruangan beraroma akar wangi itu saat ini.Hanya suara jangkrik-jangkrik peliharaan Iren yang mewarnai udara.Dua ekor cupang dalam wadah yang berbeda tak henti-hentinya membuka dan menutup mulutnya, seakan berbincang satu-sama lain tanpa suara.Suara tik-tok jarum detik di jam dinding menjadi saksi kesunyian.Ruangan itu gelap, bahkan sangat cocok untuk sebatang kecambah yang ingin melakukan proses etiolasi.
Suara gembok yang dibuka dengan perlahan memecah kesunyian, gemerincing kepingan logam yang terjatuh cukup untuk mendiamkan para jangkrik seketika.Pintu yang terbuka membuat cahaya lampu sepanjang lorong menerobos ke dalam ruangan, membuat ikan-ikan cupang peliharaan penghuni kamar itu gelisah.Mata coklat di balik bulu mata yang lentik itu menyapu ruangan.Menjatuhkan tas dengan asal hingga terdengar bunyi lain yang cukup mengusik.Dihempaskannya tubuh yang lelah itu ke atas kasur.Diresapinya aroma akar wangi yang selalu berhasil membuatnya sedikit lebih rileks, mata gadis itu perlahan terpejam.Desiran halus suara nafasnya terdengar seirama dengan suara jangkrik-jangkrik yang mulai bersuara kembali.Malam minggu ini akan Iren habiskan dengan hibernasi satu malam.
Teringat sesuatu, mata Iren terbelalak.Diseret tubuhnya untuk bangkit.
“Siaaal…!”.umpatnya kesal, sambil sedikit meringis diperiksanya kondisi benda mengkilat itu.
Tas yang dia banting tadi adalah tas yang berisi laptop, Iren ingat benar bagaimana cara dia tadi menjatuhkan tasnya dan juga keindahan suara yang dihasilkannya.Ditekannya tombol power pada benda itu, semuanya berjalan normal.Tak mau ambil pusing, dimatikannya lagi leptop biru tua itu dan kambalilah Iren ke atas kasurnya yang penuh dengan serakan kertas laporan di sana-sini.
“Tok…tok…tok”.Suara khas tulang jari-jari tangan bertumbukan dengan daun pintu yang terbuat dari kayu itu lagi-lagi terdengar berulang-ulang, seirama dengan suara tawa khas beberapa remaja putri di balik pintu itu.Nama Iren dipanggil beberapa kali.
“Bebeb Iren, bukain pintunya dong!!yang pura-pura tidur bisa jomblo seumur hidup loh!”.Suara feminine itu terdengar di balik pintu, diiringi ledakan tawa yang lainnya.Lagi-lagi jangkrik-jangkrik kesayangan Iren harus terbungkam dan cupang pun mulai gelisah kembali.
Bibir Iren mengerucut, Iren mendengus, semua hal ini menandakan bahwa rencananya untuk deep sleeping gagal total.Dibukanya pintu dengan kasar, dipasangnya senyum terindahnya yang sengaja dibuat-buat, senyum yang seolah berkata, “baiklah kalian pemenangnya”.
“Ciye-ciye masuk sini sudah mencekam ya ren, aroma tugas sudah menyeruak.Wangi banget!”.Sindir Heny sambil tertawa, tawa yang kadang membuat Iren sebal.Belum lagi tangan Heny yang seenaknya menekan saklar lampu di dekat pintu hingga membuat mata Iren menyipit, berusaha beradaptasi dengan cahaya terang.Iren sangat suka kondisi gelap jika ia sedang tak berkutat dengan sesuatu yang harus membuat matanya membaca.
“Ayo kawan-kawan masuk, jangan sungkan-sungkan begitu dong, anggap saja ini kamar kalian”.Seloroh Widi yang tiba-tiba sudah duduk manis di kasur Iren dan berakting bagaikan tuan kamar.
“Iya, kalian masuk aja”.Sambung Iren dengan wajah datar dan terliat sekali guratan tidak tulus di wajah lelahnya.
Heny dan Widi saling berpandangan, lalu tertawa bersama.Lagi-lagi tawa yang membuat Iren sedikit kesal karena tidak tahu apa yang mereka tertawakan.Namun Iren yakin jika bukan hal buruk tentang dirinya yang menjadi bahan tertawa mereka.Iren tak ambil pusing.Kini tiga orang remaja putri itu berkumpul di ruangan berukuran 3x3 meter itu, posisi mereka bervariasi, ada yang tiduran di kasur, ada yang selonjoran di karpet dan tiduran di kaki temannya.Tapi satu hal yang pasti mereka lakukan, melamun.Lamunan mengenaskan di malam Minggu.
“Ren, kamu tadi tidur beneran ya?”. Tanya Heny sambil sedikit tersenyum.
“Iya lah”. Jawab Iren singkat sambil mengetuk-ngetuk smartponenya.
“Iya deh percaya, nih buktinya”.Sambung Heny sambil mengambil kaca dan memposisikannya di depan wajah Iren.Iren tak percaya, karismanya turun dari 9 ke 2 begitu saja.Larilah Iren ke kamar mandi untuk mencuci muka, diiringi gelak tawa yang lainnya.
Jam di dinding baru menunjukkan pukul 10 malam, namun mata Iren sudah enggan untuk diajak terjaga.Berbeda dengan kondisi dua gadis yang lain, mereka masih terlihat segar bugar.
“Kalau kalian balik, tutupin pintunya yang rapet ya, awas kalau sampai kaya kemarin!…aku ngantuk”.Pesan Iren sambil menguap lebar.
“Gampang”.Jawab Heny sambil memainkan game di leptop Iren.

***
Iren tersadar dari pingsan.Iren tercengang, yang jelas tadi dia baru saja berkumpul dengan dua teman asramanya.Namun kali ini dia merasa de ja vu dengan tempat ini.Diingat-ingatnya kejadian sebelum dia sampai di tempat ini.Iren hanya ingat saat puluhan pasukan kartu remi mengejarnya hingga dia terperosok ke jurang ini, lalu pingsan.Benar, ini adalah Wonderland.
Semuanya berjalan sesuai apa yang pernah dia tahu tentang kisah Alice in The Wonderland.Tak terkecuali saat dia sudah memakai baju zirah lengkap dengan pedang di tangan kanannya.Antara hidup dan mati berperang melawan Ratu berkepala bengkak itu, debaran jantung terasa bertubi-tubi menghantam rongga dadanya, menekan vena hingga terasa berdenyut bagaikan arteri.Hingga akhirnya Sang Ratu kewalahan dan akhirnya melepaskan naga kesayangannya.Raungan naga membuat kaki Iren lemas, ingin rasanya dia pergi dari tempat asing ini.
Iren berlari sekuat tenaga, melompat dengan jarak sejauh tiga meter untuk tiap lompatan,Iren tak ingat sejak kapan dia bias melompat sejauh itu, bahkan seingat Iren dia adalah siswi paling payah dalam mata pelajaran oleh raga saat dia masih SMA. Iren mencari persembunyian di balik celah bebatuan agar dapat menemukan timing yang tepat untuk memenggal kepala naga itu karena seingat Iren akhir dari kisah ini adalah naga yang mati terpenggal oleh pedang Alice.Tetesan air yang agak dingin dan kental membasahi ujung hidung  Iren.Didongakkannya kepala itu dengan ragu-ragu.Terkejutlah Iren mendapati mulut naga menganga yang siap menelannya hidup-hidup.Namun yang dia rasakan hanyalah cengkraman kuat cakar-cakar naga di tubuhnya.Iren terbang melayang tinggi, siap untuk dijatuhkan dari ketinggian berpuluh-puluh meter.Saat cakar itu membuka, yang dapat dilakukan Iren hanyalah berteriak sekuat tenaga.Tawa sang Ratu terdengar membahana dan menusuk di telinga Iren.
“Hahahahaha sory Ren sory, sini aku lap dulu”.Suara tawa sang ratu berubah menjadi beberapa tawa gadis seusianya dan kini malah ada tangan yang mengelap wajahnya.Dengan nafas tersengal Iren terbangun dari mimpinya.Dibuka matanya selebar mungkin.
Iren terdiam, mengumpulkan nyawa dengan debaran jantung  yang belum normal.Di depan matanya kini tersaji tiga orang dengan muka penuh bedak tabur yang tak lain adala Heny, Widi dan tambah satu lagi, Winta.
“Sory, tadi muka kamu kena jus, jadi kebangun deh, hehe”.Ucap Winta tulus sambil mengelap muka Iren. Bertambahlah satu lagi tamu tak diundang di kamar Iren.
“Ciyee, mimpi apa Ren sampek ngerintih-ngerintih nggak gitu,wkwkwkwk?”.Ujar Widi sambil mengocok kartu remi ditambah dengan tawa-tawa keji ketiga temannya. Mungkin inilah yang membuat Iren bermimpi aneh mulai dari dikejar-kejar pasukan kartu remi hingga terkena liur naga diiringi gelak tawa keji sang ratu wonderland.
Rasa kantuk Iren lenyap begitu saja.
“Aku ikutan”.Cetus Iren bersemangat.
“Ok”.Jawab tiga yang lainnya dengan serempak.Dan acara qualited sleeping Iren pun hanyalah tinggal sebuah rencana.Memang tak mudah untuk menahan godaan untuk bersenang-senang.Apalagi ketiga teman barunya ini berasal dari fakultas FISIP dan Ekonomi yang jelas tidak mungkin kesibukannya akan sebanding dengan kesibukan Iren yang mengambil kuliah Teknik Biokimia.
***
“Kurang seru kalau hukumannya cuma coret-coret bedak kaya gini”.Cetus Winta tiba-tiba.
“Terus Win?”.Ketiganya berhenti bernapas sejenak, seakan menanti sesuatu yang terdengar lebih menarik di tengah malam ini.
Winta pun menjelaskan peraturan permainan itu.Diambilnya beberapa lembar kertas dari rak buku Iren dan membagikannya kepada masing-masing pemain.
“Kalian boleh nulis suatu pertanyaan yang sangat-sangat rahasia di situ, terus ditambahi konsekuensi yang akan diterima si penjawab jika dia tidak jujur dan tidak menjawab pertanyaan.Satu lagi,semua yang terucap mulai detik ini adalah rahasia kita berlima, yang mbocorin semoga gak bakalan lulus-lulus”.Ucap Winta penuh penekanan di kata-kata gak bakalan lulus.
“Aku setuju.Yang lain gimana?”.Ucap Heny sambil membuka tutup pulpen.
“Aku nggak usah ikutan nggak apa-apa kan?”.Tanya Iren innocent.
“Halah cemen kamu Ren, ok aku ikutan”.Sambung Widi.
“Yakin nggak ikutan Ren?Kalau enggak ya terpaksa kami pindah ke kamar Heny”.Pertanyaan Winta membuat Iren sedikit berubah pikiran.
Iren terdiam lama, bagaimanapun juga Iren belum pernah melakukan hal konyol semacam ini.Mungkin untuk ketiga teman-temannya ini sudah sering.Jiwa introvertnya sedikit menguatkan keyakinan Iren agar tidak ikut.Terlebih lagi dia harus jawab apa jika dia mendapat pertanyaan seperti “siapa di antara kita berlima yang paling kamu benci”?.Wah benar-benar dilema antara mencari aman atau dunia baru untuk perubahan yang lebih berarti di hidupnya.
“Iya udah aku ikut”.Jawab Iren lemah.
“Nah gitu dong beb!”.Ujar Heny tampak senang.Iren hanya tersenyum datar kepada Heny.
***
Permainan terasa menyenangkan walaupun terasa sedikit rasa tak karuan di dada, terasa menyenangkan saat bukan kita yang kalah dan harus dihukum.Sesuai peraturan, pertanyaan yang terkumpul ada 4 buah dan siapapun yang kalah dalam satu putaran harus mengambil satu pertanyaan dan menjawabnya dengan jujur walaupun itu pertanyaan dari pemain yang terhukum itu sendiri.Jadi peluang agar semua adil menjawab 4 pertanyaan maka harus dilakukan sebanyak 16 kali putaran.
Kali ini lagi-lagi Widi yang terkena hukuman.Suasana terasa sedikit panas saat Widi menjawab pertanyaan dari Heny yang sesuai dengan apa yang dibayangkan Iren.Semuanya tak menyangka jika seorang Widi yang terlihat begitu berteman baik dengan Heny mempunyai banyak masalah yang terpendam dengan Heny.Banyak hal-hal dari Heny yang kurang disukai oleh Widi.
Dari Heny:
Pertanyaan          :siapa dari kita berempat yang paling kamu nggak      suka, sebutkan alasannya.
Nggak mau jawab  :harus jalan-jalan keliling kampus teknik sambil jalan  mundur satu putaran.
Njawab nggak jujur:dido’ain semoga IP pertama di bawah 3.00

Tak pelak ada saja tetesan-tetesan air mata dan juga tawa yang terjadi di setiap permainan.Permainan pun berjalan sedikit canggung.Dari sini Iren belajar akan pentingnya suatu masalah untuk langsung dibicarakan meskipun kecil.Sejauh ini Iren belum pernah kalah dalam satupun putaran permainan, membuat ketiga temannya gusar dan geregetan.
Tapi Iren gagal untuk menjadi pemecah rekor, tepat di putaran terakhir Iren harus menjawab pertanyaan yang selama ini belum pernah terpikirkan.
Dari Widi:
Pertanyaan           :Udah pacaran berapa kali?, sekarang lagi naksir   siapa sih?, kasih tahu dong yang mana orangnya.
Nggak mau jawab  :Jomblo seumur hidup!!dan akhirnya harus nikah sama om-om.:p
Njawab nggak jujur  :Kamu bakalan jatuh cinta beneran sama         orang yang nggak pernah kamu pikirkan.Terus bertepuk sebelah tangan dan akhirnya males belajar karena patah hati. :p

Iren terhenyak membacanya.Bagaimana bisa dari empat pertanyaan itu dia harus menjawab satu yang paling aneh begini.Apalagi Iren belum pernah pacaran.Pandangan Iren mengedar, membaca raut wajah temannya satu-persatu.Raut wajah yang mirip ikan cupang Iren yang melihat makanan.Bagaimanapun Iren adalah orang yang paling tertutup di antara mereka berempat, ikutnya Iren dalam permainan saja tadi harus sedikit dipaksa.
“Aku belum pernah pacaran”.Jawab Iren singkat.
“Wah jangan-jangan kamu maho yak, idih takut.wkwkwkwk”. Seloroh Heny disambung tawa yang lain.Tiba-tiba Iren ingat dengan kakak kelas SMAnya dulu yang naksir dia, padahal sesama cewek. Iren agak trauma mengingatnya, perasaan aneh itu muncul lagi.Serasa ingin mengeluarkan semua makanan yang tadi dia santap.
“Terus sekarang ada nggak yang kira-kira kamu taksir?” Sambung Widi penasaran.
“Nggak ada”.Jawab Iren jujur,
“Haduh bohong, masak nggak ada?minimal yang bikin kamu kagumlah, kaya apa, kaya siapa orangnya Ren?”.Berondong Winta penuh penasaran.
“Hmm, aku ngerti kok Ren, kamu naksir aku ya, soalnya kamu sering banget sewot sama aku,hahahahahaha”.Canda Heny.
“Ngawur, aku masih normal ya dan sebenarnya ada satu yang kayaknya aku taksir,”.Jawab Iren kesal karena dia benci dengan hal-hal berbau kaum nabi Luth meskipun hanya candaan, jadi teringat kakak kelas SMAnya dulu yang ah sudahlah.
“Siapa Ren, facebooknya apa?”.Tanya ketiga temannya bersemangat antusias.
“Dia….”Iren berkata sambil mengingat-ingat salah satu teman kuliahnya yang cocok untuk jadi bahan kamuflase.
“Dia…teman sefakultasku”.Lanjut Iren menggantung.
“Iya dia siapa Ren”.Tonjok Heny.
“Fbnya apa Ren”.Potong Winta.
***
Lorong menuju ke ruang kuliah sangat sepi.Bukan karena Iren datang terlalu awal, namun justru sebaliknya.Tumpukan kertas di meja plastic yang sebelum berangkat tadi disambar seluruhnya oleh Iren membuat tas gadis itu terlihat menggembung, layaknya tas milik mahasiswa super sibuk dengan banyak kegiatan kampus, tak ada waktu untuk memilah-milah worksheet mana yang akan dipakai sesuai jadwal hari ini.Lagi-lagi Iren selalu bangun kesiangan di hari Senin.Tentu saja ketiga kawan kosnya ikut andil dalam hal ini, mengajak Iren begadang.
Iren berusaha memasang tampang tenang dan mematri senyum seadanya kepada dosen yang telah tiba sepuluh menit lebih awal dari dirinya, memilih bangku depan paling pojok dan mengeluarkan bahan kuliah.
“Ssst”.suara yang tak lagi asing itu membuat Iren menoleh.
“Ya, kamu ngomong sama aku?”.Tanya Iren meyakinkan.
“Itu”. Gadis berkacamata yang duduk tepat di samping bangkunya bersoloh sambil memajukan dagunya kearah pakaian yang dikenakan Iren, berusaha dipahami Iren walaupun hanya dengan bahasa isyarat.
Lama Iren berpikir akan arti dari kelakuan gadis di sampingnya, hingga Iren teringat sesuatu dan meraba-raba resleting roknya.Hati Iren ciut seketika, membayangkan siapa saja yang sudah melihat hasil kecerobohannya itu.
“Makasih…”.Ujar Iren, tangan kanannya terangkat dan ujng-ujung jari jempol dan telunjuknya saling bertemu namun matanya belum menatap ke arah gadis itu dan saat Iren menengok, iren tercengang, gadis berkacamata yang ada di sampingnya tadi sudah lenyap, berganti seorang mahasiswa yang juga tersenyum padanya dengan membalas gerakan tangan yang sama persis dilakukan Iren.Tenggorokan Iren kering, dia…adalah laki-laki yang dijadikannya kamuflase untuk permainan konyol malam Minggunya kemarin.Iren sangat sungkan dan menjadi salah tingkah.Iren celingukan mencari gadis berkacamata yang ternyata sedang maju dipanggil dosen.Hari berganti menjadi minggu, minggu berganti menjadi bulan, lalu menjadi tahun lalu genaplah 3 tahun kutukan permainan kartu remi itu berjalan, kutukan hanya karena Iren tidak jujur dalam menjawab pertnyanyaan konyol.

SELESAI

HANYA SESAMA CEWEK BERKACAMATA YANG SANGAT PAHAM DENGAN HAL INI



Hai calon ibu-ibu, pasang kacamatamu dan simak, jangan lupa senyum ,hehe


  1. Makan makanan berkuah panas atau ngopi bukanlah hal yang menyenangkan saat kacamatamu penuh dengan titik-titik air embun dari uapnya.Please…dilepas dulu jeng.

  2. Menikmati asiknya nyetir sepeda motor dengan ngebut di tengah hujan deras ataupun sekedar gerimis merupakan hal yang mustahil.Bagaimana nggak mustahil kalau titik-titik air hujan memenuhi kacamatamu, kalau kaca helm ditututp pun sama Saja, kecuali kalau di helm kamu dikasih penyapu kaya di kaca mobil, tapi ih..gimana jadinya.

  3. Bakalan gampang kalah kalau sparing bulutangkis atau voli atau entah apa lagi itu.Iyalah, dengan semakin banyak keringat di wajahmu saat olahraga akan memicu tanganmu untuk seringkali membenahi posisi kacamatamu yang melorot berkali-kali karena keringat sehingga kamu kurang fokus terhadap bola.Apalagi kalau hidung kamu pesek, sempurnaaaa…
     
  4. Renang di waterboom atau pemandian yang ramai, lalu kehilangan teman-temanmu.Kalau untuk hal yang satu ini sepertinya hanya berlaku buat kamu yang matanya udah parah.Kalau cuma minus 1 atau 1,5 mungkin aja masih kelihatan buat lihat jauh meskipun samar, nah loooh kalau minusnya udah banyak ditamabah silinder pula?gimana tuh kamu bakal nyari posisi teman-teman kamu yan berenang entah ke mana.Nggak mungkin kan kalau di air pake kacamata, apalagi pake softlens.

  5. Susah memakai jilbab.Dandan, pakai jilbab, hmm udah cantik kaya embak-embak, eeeeh ada satu yang ketinggalan.Kacamata, yup tapi saat kacamata dipasang malah wajahmu berubah drastis, rempong totaaal.

  6. Maskara jenis apapun tidak akan pernah cocok untuk orang yang berkacamata dan pesek, bisa kan bayangin sendiri?.Yap bulu matamu bakalan nyentuh lensa kacamata dan mengotorinya.

  7. Kelihatan seperti orang mesum, senpai, atau entah apalah itu.
    Yuhuuu, lensa kacamata yang memantulkan cahaya warna hijau akan membuat indahnya matamu nggak terlihat.Malah seringkali kondisi yang seperti itu selalu digunakan untuk menggambarkan sosok om om hidung belang yang pakai kacamata di film-film, wkwkwk.

  8. Hasil foto pun juga bakal kelihatan paling ah sudahlah akibat lensa kacamata yang memantulkan flash kamera, huhuhu.

  9. Kalau kamu sedang terburu-buru mungkin kamu akan semakin telat karena kamu lupa dimana naruh kacamatamu.


  10. Terkadang teman-temanmu pasti pinjam kacamatamu buat dicoba karena mereka penasaran sama benda sakral yang setia nangkring di wajahmu itu.

  11. Halah, dari tadi ngomongin nggak enaknya.Kalau enaknya juga ada sih, katanya cewek berkacamata itu pinter, KATANYA!.Dan gara-gara dikira pinter padahal biasa-biasa aja banyak teman aku yang kecewa hhohoh setelah lama kenal hohoho.

  12. Katanya cewek berkacamata itu cantiknya nambah, KATANYA! 

    Nah itulah sekilas hal-hal yang cuma dirasakan sama kita yang pakai kacamata.Seberapapun kesulitasn yang kita alami karena kekurangan itu, tetaplah selalu ada alasan bagi kita untuk bersyukur.Silahkan nambahin sendiri.Salam dua lensa!