Selasa, 10 Maret 2015

SELAMAT TINGGAL KAWAN PART 1 ( NO EDITING)
Oleh Karlina Dwi Susanti

Alunan gemulai lantunan tembang jawa adalah secuil dari motivasi emosional untuk semangatku.Agaknya di kosan ini hanya aku yang berpikiran jika tembang macam itu pilihan yang bagus sebagai pendongkrak semangat.Telingaku melahap gelombang bunyi klasik ini layaknya anak muda wannabe yang menikmati musik mancanegara yang super keren seperti Linkin Park, One Direction dan aneka musik pop lainnya.Malam yang semakin kelam tak mampu meredupkan semangatku untuk tetap terjaga.Justru semangat itu semakin terang layaknya juntaian ribuan bintang menjelang dini hari, semakin kentara cahayanya seiring bertambah pekat hawa malam yang menyelimuti mereka.  
Besok adalah hari pertama aku masuk kerja di kantor sebagai pegawai tetap setelah setahun sebelumnya aku hanya pekerja lepas di perusahaan itu.Semua pekerjaanku hampir selesai untuk penerbitan majalah mingguan ini besok lusa, tumpukan gambar tangan karyaku di sudut meja terlihat di mataku bagai tumpukan pundi-pundi yang akan mengalir ke rekeningku yang sudah mulai mengering.Aku tersenyum, hanya tinggal beberapa lembar ilustrasi yang harus kuselesaikan.Kutorehkan lagi pena hitam kesayanganku, menebalkan sketsa adalah hal paling hati-hati untuk kulakukan.Aku terdiam sejenak.Tinta yang agaknya sudah mengering ini membuatku menunda sesaat pekerjaanku.Kepalaku clingak-clinguk ke meja di sampingku untuk mencari keberadaan tinta bak.Sejengkal lagi tanganku pasti sudah meraih benda itu, kecuali saat makhluk itu menatapku dengan sepasang mata majemuknya.Aku terkesiap, dia dengan cekatan mendekat ke arahku dengan merangkak.Sayap hitam mengkilatnya menambah ketakutanku.Aku takut jika ia akan terbang dan menyerangku dengan racun dari bagian ujung tubuhnya.Sampai akhirnya aku memukul tubuh avertebrata itu dengan benda terdekat yang berhasil aku raih.Satu pukulan tidak membuatnya mati, dua, tiga dan entah pada pukulan ke berapa ia mati.Saat makhluk itu tidak lagi bergerak, penyesalan mulai menggerayangi nuraniku.Bukankah dia juga makhluk Tuhan yang juga mencari kehidupan selayaknya aku.Kulihat tubuh kecil lemahnya yang hanya seukuran beberapa milimeter itu.Mungkin dia tersesat masuk kamarku dan hanya ingin menemukan jalan keluarnya, dia mati karena ketakutanku.Aku harap semut bersayap itu langsung dipilihkan tempat yang indah oleh Tuhan di alamnya sekarang.Tidak jarang cara pikirku masih seperti anak yang baru bisa naik sepeda beroda dua.
Ketakutanku yang tak seberapa hingga membuat makhluk tak berdosa itu mati membuatku merenung.Bayangan massa lalu menari liar di kepalaku.Memang beginilah sikap manusia, kita seringkali terlalu takut akan hal yang aneh dan sedikit berbeda.Dari ketakutan itulah manusia bisa menjadi makhluk paling menakutkan yang sebenarnya.Sudah menjadi fakta jika banyak makhluk lain di muka bumi yang menjadi korban dari ketakutan manusia.Ketakutan akan sesuatu yang berbeda dari mereka.Itulah kata-kata yang sering aku dengar dari sahabatku yang entah sudah berapa kali ia katakan hingga aku sangat hafal.
Salah satu contoh dari ucapan sahabatku adalah kasus pembunuhan tiga ekor harimau di hutan baru-baru ini, harimau-harimau itu ditemukan mati dalam kondisi mengenaskan.Mati akibat rasa ketakutan manusia pada hewan bertaring dan bercakar itu.Manusia takut jika harimau akan memasuki wilayah penduduk.Padahal manusialah yang sebenarnya merebut wilayah mereka.Habitat merek disulap menjadi perkampungan penduduk.Tanpa tahu apa yang terjadi harimau-harimau itu berkeliaran mencari makan seperti biasa di tempat berbahaya yang masih mereka pikir adalah habitatnya.
Bicara soal harimau aku selalu teringat akan sahabat lamaku, sahabatku sejak aku mulai bisa berinteraksi dengan makhluk selain aku.Jika ditanya apa aku merindukannya, ya aku merindukannya.Dan apakah aku ingin bertemu dengannya, jawabannya tidak.Tidak sama sekali.Biarkan dia bahagia di alamnya.Tuhan maha tahu apa yang terbaik untuknya.Untukku.Dia sudah cukup lama menemaniku dan membantuku berubah menjadi seperti sekarang, menjadi Sekar memandang dunia dengan sudut pandang yang lebih baik.
***
Tangan yang mulai dihiasi keriput itu dengan seksama membolak-balik isi map yang aku kerjakan kemarin, dia tersenyum puas melihat hasil kerjaku.Jempol yang terangkat itu membuat senyumku terukir.Aku pun mengucap ribuan syukur di dalam hatiku.Membayangkan rupa Nuri yang akan kecewa dengan apa yang aku raih hari ini.Kubalikkan wajahku ke arah berlawanan dengan tubuhku.Terlihat dari ekspresinya dari balik rumpun bunga matahari di mejanya.Miss kuning yang menyebalkan dan paling sok seantero kantor penerbitan ini.Membuatku semakin jijik dengan warna kuning.Aku memang sudah sangat lama tidak pernah bertegur sapa dengan staff devisi pembuat berita tentang rubrik seleb ini.Mulut nyinyirnya cocok untuk pekerjaanya yang semacam itu.Aku sangat bangga dengan jatah kerjaku yang hanya corat-coret membuat ilustrasi dari beberapa rubrik di majalah ini,tanpa membuat-buat berita yang dipaksakan.Bisa dibawa pulang dan dikerjakan dengan santai di kosan.Aku tidak memikirkan jika gajiku tidak setinggi miss sok cantik beralis sablon itu.Aku menikmati tiap inchi torehan pensilku untuk majalah wanita ini hingga dalam bekerja selama ini aku seolah bersenang-senang dengan hobiku.
Aku mengucap permisi pada Bu Hilya pimpinan redaksi kami.Memasang tampang kemenangan.Kaki dengan heels tujuh sentimeterku menyusuri lantai, berhenti sejenak di depan meja kerja si miss ta*k.Beradu pandang dengan matanya yang agak takut-takut memandangku adalah hal dengan sensasi tersendiri bagi sisi jiwaku yang pendendam.Aku mencari meja kerjaku, mengistirahatkan kakiku yang tetap saja tidak pernah bisa berteman baik dengan sepatu bertatakan sol runcing ini.Pekerjaanku mulai bertambah hari ini, Aku dipercaya membuat proposal-proposal yang ditujukan ke berbagai tempat menarik untuk diliput pihak reporter redaksi kami.Tentu saja aku masih traini dan aku berucap syukur bukan si Nuri yang menjadi trainerku.
Tak terasa waktu berlalu sangat cepat, aku sedang menikmati kegiatanku menghitung rincian keuangan dalam salah satu proposal kunjungan ke suatu rumah pengobatan alternatif di luar pulau.Tiba-tiba tiga teman menghampiri mejaku untuk mengajakku makan siang.Mereka adalah rekan kerja yang cukup mengenalku, bahkan Delia adalah salah satu teman kuliahku dulu.Kami keluar ruangan dengan berhaha-hihi ria.Delia adalah satu-satunya orang yang paham akan sejarah aku dan Nuri.
***
PART 1 END, TBC...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar